JUMLAH PENGUNJUNG

Rabu, 25 Januari 2012

Puluhan Kerbau Rawa di Kalsel Mati Kelaparan

Puluhan Kerbau Rawa di Kalsel Mati Kelaparan
Banjarmasin Post
Kerbau rawa di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalsel.
TRIBUNNEWS.COM, AMUNTAI - Cuaca eksrem membuat puluhan kerbau di Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara, (HSU) mati kelaparan.
  
Peternak kerbau Desa Ambahai, Kecamatan Paminggir, mengatakan, dalam satu tahun terakhir banjir yang terjadi di daerahnya hampir tidak ada hentinya.
  
Kondisi tersebut membuat rumput yang biasa dimakan ternak kerbau rawa tidak bisa tumbuh dengan baik.
  
Selama 2010 kata petani yang memiliki 20 kerbau tersebut, tidak kurang dari 50 kerbau milik warga yang mati.
  
Kepala Desa Ambahai Nur Aidi mengatakan, meminimalisasi kematian kerbau tersebut pihaknya minta kepada warga mencari lahan lain yang masih banyak rumputnya.
  
Namun, kata dia, hal tersebut tidak cukup efektif karena rumput di lahan baru juga kurang mencukupi.
  
Menurut dia, jumlah kerbau di Kecamatan Paminggir mencapai puluhan ribu. Lebih banyak dibanding jumlah penduduk kecamatan Paminggir sekitar 7 ribu orang.
  
Selain Desa Ambahai, puluhan kerbau mati kelaparan juga terjadi di beberapa desa sekitar, seperti Desa Subang, Bararawa, Sapala, dan Tampakang.
  
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan HSU, Suriani mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya membantu masyarakat meminimalisasi kematian ternak akibat kelaparan tersebut.
 
"Kita minta masyarakat membuka lahan perkebunan rumput baru antara lain di Desa Sambujur Kecamatan Paminggir, namun hal tersebut juga belum mencukupi," katanya.
 
 Kecamatan Danau Panggang dan Paminggir, merupakan daerah yang paling bawah di Banua Enam, bila terjadi hujan deras di Kabupaten Tabalong, Balangan dan beberapa daerah lainnya, airnya mengalir ke Danau Panggang.
 
Kasi Data Informasi BMKG Banjarmasin I Wayan Mustika, memprediksi cuaca ekstrem yang melanda Kalsel akan terjadi hingag akhir Februari.

Editor: Anita K Wardhani  |  Sumber: Banjarmasin Post

BALAMUT,antara Fenomena Mulan Jameela dan Goyang Dewi Persik

Mungkin anda merasa aneh dengan judul diatas,apa maksudnya…….Saya sendiri pun juga bingung memilih judul yang pas buat tulisan ini,,harapannya sih biar orang tertarik buat baca ini tulisan aja

BALAMUT,mungkin kata ini terdengar asing di telinga anda.Memang asing, bahkan didaerahnya sendiri pun yaitu Kalimantan Selatan saya bisa pastikan hanya sedikit orang yang tau tentang ini. Saya sendiri pun tidak begitu memahami banyak tentang “balamut’ baik sejarah ataupun perkembangannya sampai sekarang. Ketertarikan saya bermula sewaktu saya menghadiri pesta perkawinan salah seorang teman di daerah Ambahai kecamatan Danau panggang Amuntai pada akhir tahun 2007 kemarin.
Pada malam sebelum perkawinan,kami dan warga desa disuguhi pertunjukan menarik oleh sang tuan rumah,saya kira bakal ada pertunjukan dangdut atau organ tunggal,ternyata sepasang kakek nenek membawa ketipung/babun (alat musik tabuh seperti rebana) naik keatas panggung sambil mengucap salam sambil berpantun.Spontan saja para penonton pun langsung riuh seperti kedatangan artis ibukota saja,maklum didaerah terpencil seperti Ambahai hiburan seperti ini sangat jarang sekali didapati.
Nah,,,ternyata pertunjukan itulah yang disebut “Balamut”.Kesenian bertutur Khas Kalimantan Selatan,yang hampir mirip dengan MADIHIN (kalo yang ini udah lumayan terkenal,berkat  om Jhon tralala yang mempopulerkannya).Sang artis adalah sepasang Suami Istri bernama Antarmas yang khusus didatangkan dari danau Panggang untuk memeriah kan pesta perkawinan kawan saya ini.
Pertunjukan pun dimulai,ketipung ditabuh dan mereka menyapa para penonton dengan pantun2 berirama khas banjar.Mulai dari ucapan salam,petuah-petuah,sampai lelucon-lelucon yang agak becarubu ( berbau sex…he).Anda bisa bayangkan sendiri bagaimana lucu dan menghiburnya dua orang kakek nenek berpantun jenaka didepan anda apalagi ditambahi sedikit humor2 xxx nya.Itu belum seberapa,,,,setelah puas berpantun ria,hits2 dangdut seperti Jablay sampai kuch-kuch ho tahai pun didendangkan oleh sang kakek,sementara sang nenek berjoged ngebor khas Inul Darastista. Spontan saja para penonton langsung saja heboh,bahkan ada yang naik kepanggung untuk menyawer macam pertunjukan dangdut di Karawang saja.

Seiring dentangan ketipung dan riuhnya penonton,saya dan teman-teman saya berbincang dan saling bertanya.Mungkinkah kesenian ini dapat bertahan dua atau lima tahun kedepan.Dapatkah mereka bersaing dengan hits2 duo maya atau mulan jamela..atau dengan goyang gergajinya Dewi Persik??? Jawabanya pasti NDAK MUNGKIN!!!!!.Tapi Paling tidak,ada upaya dari kita untung menyukai dan berusaha untuk melestarikan kesenian daerah kita sendiri..Siapa tahu sepuluh atau dua puluh tahun kedepan trend di dunia berubah drastis,yang mana Budaya Etnic menjadi Gaya hidup masa itu.. 
gugun arrayan     

copy/paste. from :  http://blackrayyana.multiply.com