JUMLAH PENGUNJUNG

Minggu, 25 Desember 2011

Itik Alabio



sumber daya genetik ternak yang ada di indonesia telah diperkaya dengan adanya salah satu jenis itik yang berasal dari provinsi kalimantan selatan, khususnya kabupaten hulu sungai utara. itik alabio telah cukup terkenal sebagai itik petelur yang sangat potensial dengan penampilan fisik yang sangat berbeda dengan jenis jenis unggas atau itik lain yan ada di pulau jawa, dan merupakan plasma nuftah ternak yang layak dibanggakan. secara tradisional itik alabio banyak dipelihara di daerah rawa yang banyak terdapat di kalimantan selatan dengan sistem pemeliharaan yang disebut juga sebagai "sistem lanting", itik yang pusat pengembangannya di kabupaten hulu sungai utara ini diberi nama "alabio" karena banyak dipasarkan di pasar alabio, diduga itik alabio ono berasal dari jenis itik "mallard" dengan warna bulu yang sangat menarik.



saat ini itik alabio telah banyak dijumpai di berbagai wilayah baik di dalam maupun di luar provinsi kalimantan selatan, bahkan telah menjadi usaha tani beberapa peternak di pulau jawa. pusat produksi bibit itik alabio berada di desa mamar kecamatan amuntai selatan dimana terdapat sejumlah peternak yang memang telah mengembangkan unit- unit penetasan secara turun temurun. namun sejauh ini belum ada upaya khusus untuk memperbaiki kualitas bibit secara genetik yang terarah sehingga nproduktivitasnya cenderung sama dari generasi ke generasi, dan bahkan disinyalir telah mulai menurun. hasil penelitian menunjukkan bahwa itik alabio sangat potensial jika dikembangkan lebih jauh untuk meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat digunakan sebagai sumber pendapatan peternak yang dapat diandalkan.

Distrik Alabio

Distrik Alabio (bahasa Banjar: Halabiu) adalah bekas distrik (kawedanan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Alabio dan Balangan pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Daerah Alabio (Halabiu) pada zaman kerajaan Hindu disebut Gagelang. Distrik Alabio pernah dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu Kiai Ismail (1899)[1]. Dewasa ini wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Alabio (Urang Halabiu'). Alabio sangat terkenal dengan itik alabio, yang terkenal sampai mancanegara, terutama Malaysia. Orang-orang Alabio sejak dahulu terkenal sebagai para pedagang sukses. Sampai sekarang di wilayah Kalsel terdapat istilah ma-halabiu, sebuah istilah yang mengarah pada salah satu kehebatan orang Alabio dalam merangkai kata.